Minggu, 25 Desember 2011

Kata-kata hikmah penuh makna

Kata-kata hikmah penuh makna

الشيخ عائض القرني- إذا لم تجد عدلاً في محكمة الدنيا فارفع ملفك لمحكمة الآخرة فإن الشهود ملائكة، والدعوى محفوظة، والقاضي أحكم الحاكمين.
د. عبد الوهاب المسيري - الفلسفة المادية تبسط الأمور مادياً وإجرائياً ، وبالتالى لها جاذبية خاصة ، تماماً مثل الوثنيات القديمة..
الشيخ الشعراوي - رحمه الله
- لا يقلق من كان له أب، فكيف بمن كان له رب؟
مالك بن بني - العلم دون ضمير ما هو إلا خراب للروح

Sabtu, 15 Maret 2008

Pidato Bahasa Arab

كَلِمَةُ الْمُتَحَدِّثِ

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْزَلَ الْقُرْآنَ حَقًّا حَقًّا, وَ صِدْقًا صِدْقًا, وَالصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ السَّادَاتِ, اَلَّذِى أَمَرَ مِنْ عِبَادَةِ اْلعِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ رَبِّ اْلعِبَادِ. وَعَلَى أَلِهِ وَ صَحْبِهِ إِلىَ يَوْمِ اْلِمْيعَادِ.
أَيُّهَا السَّيِّدَاتِ وَ السَّادَةِ.
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.
تَقَدُّمُ اْليَابَانِ وَرَاءِ مُعْجِزَةِ اْلقُرْآنِ
اَلتَّقَدُّمُ..! كَمَا نَعْلَمُ جَمِيْعًا أَنَّ اَلتَّقَدُّمَ أُمْنِيَّاتُ كُلِّ اِنْسَانٍ وَكُلِّ بِلاَدٍ. اَلْعَالمَ ُ اَلْأَنَ يَنْقَسِمُ إِلَى ثَلاَثِ دُوَلٍِ. دَوْلَةٍ مُتَقَدِّمَةٍ وَ دَوْلَةٍ نُمُوٍّ وَدَوْلَةٍ مُتَؤَخِّرَةٍ. وَبِلاَدُناَ اْلحَبِيْبُ اَنْدُوْنِسِيَّا مَازَالَ فِى لاَئِحَةِ دَوْلَةٍ نُمُوٍّ (بِرَغْمِ أَنَّهُ/مَعَ أَنَّهُ) قَدْ اِسْتَقَلَّتْ سِتِّيْنَ سَنَةً مِنَ اْلإِسْتِعْمَارِ, وَهَذَا تَخْتَلِفُ مَعَ بِلاَدِ يَابَانِ. بِلاَدُناَ مَا زَالَتْ يَدُبُّ فِى طَرِيْقِهِ اَلَّذِى لاَ يُعْلَمُ أَيْنَ وَصَلَ وَ مَتىَ سَيَصِلُ إِلَى لاَئِحَةِ دَوْلَةٍ مُتَقَدِّمَةٍ. اَلْيَاباَنُ قَدْ حَقَّقَ تَقَدُّمًا بَاهِراً, بَنىَ أَمْبَرَاطُوْراً تِكْنُوْلُوْجِيًّا وَاقْتِصَادِيًّا قَوِيًّا فِى مُسْتَوَى عَالمَِى. حَقِيْقَةٌ مُؤْسِفَةٌ. مَعَ أَنَّهُمَا فِى سِتِّيْنَ سَنَةً مَضَتْ فِى مُسْتَوَى وَاحِدٍ. اَنْدُوْنِسِيَّا إِسْتَقَلَّتْ مِنَ اْلإِسْتِعْمَارِ وَ اْليَابَانِ مِنَ الدِّمَارِ عَلَى أَثَرِ إِنْفِجَارِ قُنْبُلَةٍ نَوَوِيَّةٍ اَلْمُدَمِّرَةِ فِى إِثْنَيْنِ مِنْ مَدِيْنَتَيْهَا وَهُمَا"هِرَاتِثِيْمَا وَ نَغَاسَاكِى".
أَيُّهَا السَّيِّدَاتِ وَ السَّادَةِ.
َالْمَسْأَلَةُ وَاحِدَةٌ "اَلدِّمَارُ" وَالْإِتِّجَاهُ وَاحِدٌ "اَلْبِنَاءُ" نَعَمْ..! بَدَأَ يَابَانُ بِا اْلقِرَاءَةِ. هُمْ يَقْرَؤُوْنَ كِتَاباً كَثِيْراً بِجِدٍّ, سَوَاءٌ كَانَ كُتُبًا أَصْلِيًّا أَوْ مُتَرْجَماً. كَأَنَّ أَيَّامَهُمْ لاَ يَخْلُوْ إِلاَّ فِيْهَا قِرَاءَةٌ, وَكَأَنَّ دَوْلَتَهُ لاَ يُمْكِنُ أَنْ يُبْنىَ إِلاَّ بِااْلقِرَاءَةِ. فِى أُتُوْبِيْسٍ يَقْرَأُ..فِى قِطَارٍ يَقْرَأُ....فِى مَطَارٍ يَقْرَأُ....فِى مَحَطَّةٍ يَقْرَأُ....فِى كُلِّ مَكَانٍ يَقْرَأُ... ِلأَنَّهُمْ يَعْتَقِدُوْنَ بِااْلقِرَاءَةِ سَوْفَ يَفْتَحُ بَابَ التَّقَدُّمِ. حَقِيْقَةٌ "اَلْقِرَاءَةُ بَابُ اْلمَعْرِفَةِ"
أَيُّهَا السَّيِّدَاتِ وَ السَّادَةِ.
أَلْأَنَ نَنْظُرُ إِلَى أَنْدُوْنِسِيَّا. وَلَكِنْ, نُرِيْدُ أَنْ نَسْأَلَ أَوَّلاً. هَلْ ذَلِكَ الْمَنْظَرُ "هِوَايَةُ اْلقِرَاءَةِ" مَوْجُوْدٌ فِى أَنْدُوْنِسِيَّا ؟ تَرَكْتُ لَكُمُ اْلإِجَابَةَ...هُنَا ظَهَرَتِ اْلمَسْأَلَةُ. هَلْ طَبَّقَ الْيَاباَنُ نَظَرِيًّا أَوْ قَانُوْنًا, اَلَّذِى يَمْتَلِكُهُ أَوْ وَارَثَهُ. اَلْإِجَابَةُ لاَ. وَ الْحَقِيْقَةُ أَنَّ حَثَّ اْلقِرَاءَةِ مِنْ تَعَالِيْمِ اْلإِسْلاَمِ اْلاَصِيْلِ مُنْذُ أَرْبَعَةَ عَشَرَ قَرْنًا, بِدَلِيْلٍ أَنَّ أَوَّلَ أَيَةٍ نَزَلَتْ عَلَى مُحَمَّدٍ هِىَ "إِقْرَأْ". قال تعال (إِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِى خَلَقَ... الخ) هَذَا يَدُلُّ عَلَى حَقِيْقَةِ مُعْجِزَةِ اْلقُرْآنِ حَقًّا وَ صِدْقًا. اَلْقُرْآنُ اَلَّذِي قَرَأْنَا كُلَّ يَوْمٍ لَيْسَ مُجَرَّدِ مَقْرُوْءٍ مِثْلَ مَقْرُوْءَاتِ غَيْرِهِ. وَلَكِنَّهُ كَلاَمُ اللهِ. اَلَّتىِ كَانَتْ مُعْجِزَتُهُ صَالحَِةً لِكُلِّ زَمَانٍ وَ مَكَانٍ. اَلْيَابَانُ أَخَذَ تَعَالِيْمَنَا وَ نَحْنُ تَرَكْنَاهُ. بِتَدَبُّرِ كَلِمَةِ "إِقْرَأْ" فَقَطْ اَلْيَابَانُ قَدْ زَلْزَلَ اْلعَالَمَ. مَعَ أَنَّهَا فِى أَنْدُوْنِسِيَّا لاَ يُؤَثِّرُ شَيْئًا.
آخِيْراً.... أَيُّهَا السَّيِّدَاتِ وَ السَّادَةِ.

إِقْرَأِ الْقُرْآنَ بِتَفَكُّرٍ, وَ تَدَبُّرٍ...فَاالتَّقَدُّمُ إِنْ شَاءَ اللهُ أَمَامَكُمْ.
وَاْلعَفْوُ مِنْكُمْ عَنْ قَوْلِى هَذَا. أَسْتَوْدِعُكُمْ فِى رِعَايَةِ اللهِ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

Selasa, 04 Maret 2008

Pergaulan Bedi Jenis

Pergaulan Beda Jenis
M. Dian Nafi'


Islam datang ketika berbagai bangsa di muka bumi memekerjakan perempuan dan melucuti haknya sampai ke tingkatan yang sangat menyedihkan. Kaum perempuan tidak diperlakukan sebagaimana manusia. Bayangkan saja, bangsa Arab pada masa jahiliyah memberikan hak kepada anak untuk mewarisi istri ayahnya, sebagaimana mereka mewarisi peninggalan ayah termasuk ternak-ternaknya. Ini pun jika mereka diselamatkan oleh Allah sehingga tidak dikubur hidup-hidup ketika lahir.
Lain di Arab, lain pula di Yunani. Di Yunani, perempuan diperlakukan sebagai sarana hiburan, dapat diberikan, dan tugasnya mengurus kesehatan laki-laki. Mereka memperlakukan para istri sebagai pemberi pengesahan atas anak-anak mereka. Demikianlah yang dijelaskan oleh penulis risalah berjudul Al-Mar’ah Qabla wa Ba’dal-Islam.
Pakar tafsir terkemuka, Prof. M. Quraish Shihab, memberikan keterangan ringkas yang jauh lebih lengkap. Di dalam peradaban Romawi, seorang ayah berwenang untuk menjual, mengusir, menyiksa, dan membunuh anak perempuannya. Setelah kawin, kekuasaan itu berpindah ke tangan sang suami. Keadaan itu berlangsung terus sampai abad ke-16 Masehi. Segala hasil usaha perempuan menjadi hak milik keluarganya yang laki-laki. Kaisar Konstantin membuat sedikit perubahan dengan diundangkannya hak kepemilikan terbatas bagi perempuan dengan catatan bahwa setiap transaksi harus disetujui oleh keluarga (suami atau ayah).
Dalam peradaban Hindu dan Cina, hak hidup seorang perempuan yang bersuami harus berakhir pada saat kematian suaminya. Istri harus ikut dibakar hidup-hidup saat mayat suaminya dikremasi! Cara hidup itu baru berakhir pada abad ke-17 Masehi. Perempuan di India ketika itu sering pula dijadikan sesaji bagi apa yang mereka anggap sebagai dewa-dewa mereka.
Di dalam ajaran Yahudi, martabat perempuan setara dengan pembantu. Ayah berhak menjual anak perempuan kalau ia tidak memiliki saudara laki-laki. Dalam ajaran mereka, perempuan dianggap sebagai sumber laknat, karena dialah yang menyebabkan Adam terusir dari surga.
Pandangan dan cara hidup itu berlanjut sampai pada abad ke-5 Masehi. Pada abad ini, diselenggarakan suatu konsili yang memperbincangkan apakah perempuan mempunyai roh atau tidak. Akhirnya, ternyata disimpulkan bahwa perempuan tidak mempunyai roh yang suci. Bahkan, pada abad ke-6 Masehi diselenggarakan suatu pertemuan untuk membahas apakah perempuan itu manusia atau bukan manusia. Dari pembahasan itu disimpulkan bahwa perempuan adalah manusia yang diciptakan semata-mata untuk melayani laki-laki! Jahat, banget, ya?
Di sepanjang abad pertengahan, nasib perempuan masih tetap memprihatinkan, bahkan sampai tahun 1805 perundang-undangan Inggris mengakui hak suami untuk menjual istrinya, dan sampai tahun 1882 perempuan Inggris belum memiliki hak kepemilikan harta benda secara penuh dan hak menuntut ke pengadilan.
Ketika Elizabeth Blackwell yang merupakan dokter perempuan pertama di dunia menyelesaikan studinya di Geneve University pada tahun 1849, teman-temannya yang bertempat tinggal dengannya memboikotnya dengan dalih bahwa perempuan tidak wajar memperoleh pelajaran. Bahkan, ketika sebagian dokter bermaksud mendirikan Institut Kedokteran untuk perempuan di Philadelphia, Amerika Serikat, ikatan dokter setempat mengancam akan memboikot semua dokter yang bersedia mengajar di sana.
Kenyataan itu jauh berbeda dengan ajaran Islam tentang perempuan sejak tahun 611. Dari hadis-hadis yang dikutip di buku ini saja sudah terlihat kesetaraan laki-laki dan perempuan baik dalam bidang kemasyarakatan, keilmuan, dan agama. Belum lagi jika kita mendalami ajaran Islam ini lebih lengkap.
Prinsip pergaulan antara laki-laki dan perempuan dalam ajaran Islam bermula dari surah An-Nisa’ ayat 1.

Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliha-ralah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. (QS An-Nisa’: 1)

Laki-laki dan perempuan dalam Islam adalah sama-sama sebagai pemikul tugas kekhalifahan di muka bumi. Untuk melaksanakan tugas itu, Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan dari unsur yang sama (ada penafsiran bahwa ”dari keduanya” ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang darinya Adam a.s. diciptakan).
Penyamaan “nafs” (diri yang satu) dengan Adam a.s. memberikan pemahaman bahwa tanpa Adam tidak ada Hawa. Tanpa laki-laki maka tidak ada perempuan. Oleh Prof. M. Quraish Shihab, pandangan ini dinilai negatif.

Kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam penciptaannya menghapus sangkaan orang bahwa diskriminasi antara laki-laki dan perempuan direstui oleh Al-Qur’an. Kenyataannya, pada masa Nabi Muhammad saw., banyak perempuan terhormat berperan dalam urusan-urusan umum, termasuk dalam jihad, pertempuran di laut, dan perawatan korban perang. Pada masa itu, sudah dijumpai perempuan terhormat yang bekerja sebagai perawat, perias, pendidik, pedagang, dan penyamak kulit binatang.

Dewasa ini, profesi yang perempuan bisa bekerja di dalamnya atau yang memerlukan peranan perempuan telah berkembang jauh lebih beragam, dibandingkan dengan ketika Nabi Muhammad saw. masih hidup. Sepanjang suasana sopan dan terhormat dapat diciptakan maka tidak ada keberatan dari para ulama tentang perempuan yang bekerja. Demikian, uraian mufasir M. Quraish Shihab di dalam karyanya, Wawasan Al-Qur’an.

Untuk menjaga suasana itu, Imam Ghazali dalam kitabnya, Bidayatul Hidayah, memberikan nasihat untuk membagi lingkup pergaulan ke dalam tiga lingkaran. Di semua lingkaran itu kita harus berbuat baik dan bermartabat. Di lingkup pertama terdapat orang-orang yang bersama kita di dunia dan di akhirat. Termasuk di sini adalah mahram kita, termasuk suami, istri, ayah, ibu, anak, dan saudara kandung. Kunci perlakuan di lingkaran ini adalah tolong-menolong secara duniawi dan ukhrawi.

Di lingkaran kedua, terdapat orang-orang yang bersama kita di dunia untuk urusan duniawi. Termasuk di dalam lingkaran ini adalah orang-orang yang bersama kita karena urusan pekerjaan atau mata pencaharian. Rambu-rambu perlakuan di lingkaran ini adalah jangan sampai berbuat merugikan, baik secara material maupun imaterial.

Dan di lingkaran ketiga, terdapat orang-orang yang suatu saat bersama kita tetapi tidak kita kenal. Di sinilah kita harus menjaga diri agar tidak dirugikan. Dan cara kita mewujudkan penjagaan diri itu tidak boleh menyinggung perasaan atau menampakkan kesan yang kurang baik kepada kita.

Termasuk perilaku yang merugikan adalah melibatkan orang lain dalam perbuatan yang tidak diridai Allah SWT, baik dengan ajakan maupun pengondisian, meskipun yang bersangkutan menginginkannya.
Demikianlah, maka Rasulullah saw. mengharamkan dua orang lain jenis bukan mahram bersepi-sepi karena hal ini membuka peluang bagi pelanggaran yang berat.

Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. (QS Al-Isra’: 32)

Kita juga dilarang untuk menggampangkan lamam. Lamam adalah pelanggaran yang hukumannya tidak ditentukan oleh agama dan terjadi karena pergaulan hidup sehari-hari. Ibnu Mas’ud r.a. dikutip oleh Masruq dan Asy-Sya’bi, di dalam Tafsir Ibn Katsir, mengatakan bahwa “Zina mata adalah dengan melihat, zina bibir adalah dengan mencium, zina tangan dengan menyakiti, zina kaki dengan berjalan, dan selain itu adalah lamam.” Contoh lamam adalah melihat lawan jenis tanpa keperluan yang dibenarkan oleh agama. Yang tidak termasuk lamam adalah melihat lawan jenis bukan mahram untuk keperluan pendidikan, pengobatan, jual beli, dan pertolongan pada kecelakaan.

Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, di dalam karya beliau Fathul Bari, menerangkan bahwa berkunjung ke keluarga yang di situ bertemu dengan perempuan bukan mahram diperbolehkan untuk keperluan meminang (khithbah), meminta penjelasan mengenai agama, dan mengurus kemaslahatan manusia.

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu, lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS An-Nur: 30)

Pengarang kitab Durarul Hukkam, salah satu ulama dari mazhab Hanafi, tidak memasukkan orang-orang yang hadir di pengadilan dan berkepentingan atas pengadilan itu sebagai pelaku pelanggaran dalam hubungannya dengan pergaulan laki-laki dan perempuan bukan mahram. Imam Nawawi dalam Syarh an-Nawawi ‘ala Muslim, menyatakan hukum boleh (jawaz) mendengarkan suara perempuan bukan mahram untuk keperluan memperoleh fatwa agama.

Imam Malik di dalam kitab Al-Muwaththa’, memasukkan berboncengan laki-laki dan perempuan bukan mahram dalam satu kendaraan yang hanya bisa dimuati dua orang—dulu adalah unta, sekarang setara dengan sepeda dan sepeda motor—sebagai tindakan yang diharamkan, meskipun dilakukan dalam keramaian orang.
Semua tindakan yang melanggar itu lebih berat konsekuensinya saat yang bersangkutan menjalani puasa Ramadan, karena adanya dalil-dalil sahih yang menekankan penghormatan atasnya.

Apa Hikmahnya bagi Kita?
Adanya aturan-aturan dalam pergaulan beda jenis merupakan wujud penghargaan atas laki-laki dan perempuan sebagai hamba dan khalifah Allah SWT di muka bumi.
Aturan seperti itu ternyata membuka peluang memadai dan terhormat kepada perempuan untuk bekerja di berbagai bidang untuk mengembangkan sisi kemanusiaannya.


Tips Penting!

a. Jika harus bertemu dengan rekan beda jenis kelamin, ajaklah mahram.
b. Fokuskan perhatian kepada kualitas kerja dan pencapaiannya dalam lingkup pergaulan beda jenis.
c. Laki-laki dan perempuan hendaknya meningkatkan kemandirian dalam mengelola urusan sehari-hari untuk mengurangi risiko ketergantungan kepada orang-orang bukan mahram.

Senin, 03 Maret 2008

Psikoterapi dalam Al-Qur'an

Psikoterapi dalam Alquran
Dr. Muhammad Utsman Najati

Al-Qur'an turun pada dasarnya adalah sebagai petunjuk bagi ummat manusia. Menyeru mereka bertauhid. Mengajarkan nilai, prilaku, dalam dimensi pemikiran dan kehidupan. Membimbing berprilaku yang lurus, benar untuk kebaikan manusia, dan masyarakat. Mengarahkan jalan yang benar dalam jiwa. Tumbuh menjadi manusia yang bahagia baik dalam kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Allah berfirman:

"Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar". (QS.17:9).

"Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman". (QS.10:57)

"Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian".(QS.17:82).

"….Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar….".(QS.41:44).

"Al Quran Ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini."(QS.45:20).

Tidak di ragukan. Al-Qur'an mempunyai pengaruh yang nyata dalam jiwa orang-orang Arab. Dimana ia telah merubah keribadian mereka secara menyeluruh. Merubah akhlak, prilaku dan cara hidup mereka. Membentuk pribadi yang memiliki prinsip, sifat, dan nilai kemanusiaan yang luhur. Membentuk mereka menjadi masyarakat yang bersatu, terorganisir, dan gotong royong. Hingga mereka mampu mengalahkan imperium romawi dan Persia. Dua Negara terbesar pada waktu itu. Mereka kemudian tersebar di sebagian besar penjuru dunia. Di sana mereka bergerak menyebarkan dakwah islam. Perubahan besar yang dilakukan Al-Qur'an dalam jiwa orang-orang Arab, dan juga segenap jiwa orang-orang mukmin lainya yang berasal dari berbagai bangsa di dunia yang belum pernah di kenal dalam sejarah dakwah agama-agama manapun yang pernah ada dalam perjalanan sejarah.

Tidak di ragukan. Al-Qur'an mempunyai kekuatan spiritual yang besar yang memiliki pengaruh sangat nyata dalam jiwa manusia. Ia dapat menggetarkan perasaanya. Menajamkan intuitif dan perasaan. Membentengi ruhnya. Menguatkan pemahaman dan pemikiran. Memperjelas kepandaian. Jadi manusia yang telah mendapat pengaruh Al-Quran akan menjadi manusia baru. Manusia yang baru terlahir.

Semua orang yang membaca sejarah islam. Mengikuti perjalanan dakwah islam sejak awal muculnya. Akan melihat bagaimana terjadinya perubahan jati diri seseorang yang telah mempelajari islam dari madrasah Rasulullah saw. Mereka akan mampu mengetahui secara jelas sejauh mana pengaruh yang di berikan Al-Qur'an dan dakwah islam dalam jiwa mereka.

Meskipun tidak sedikit upaya yang dilakukan oleh masyarakat modern dalam bidang pendidikan dan pengajaran, untuk mengarahkan, dan mendidik, kepada generasi didik agar mereka menjadi masyarakat yang shaleh. Akan tetapi semua upaya ini tidak memberikan hasil yang bisa di harapkan dalam membentuk generasi yang shaleh. Tersebarnya kriminalitas dan penyimpangan dalam semua masyarakat adalah bukti yang jelas atas kegagalan berbagai model pendidikan modern serta lemahnya dalam membentuk masyarakat yang shaleh.

Akhir-akhir ini saya telah berupaya keras dalam menekuni bidang psikoterapi kejiwaan bagi seseorang yang mengalami goncangan akan kebribadian dan penyakit jiwa. Dari bidang ini di temukan berbagai cara pengobatan kejiwaan yang berbeda-beda. Hanya saja semua cara itu belum dapat mewujudkan target yang di harapkan dapat menangani atau mencegah penyakit jiwa.

Sebagian penelitian menjelaskan bahwa rata-rata tingkat kesembuhan penderita penyakit jiwa yang di terapi dengan analisis psikologi hanya berkisar antara 60%-64% tentu tingkat itu belum bisa di terima apabila kita ambil perbandingan dengan tingkat rata-rata bagi pasien penyakit jiwa yang di sembuhkan tanpa menggunakan terapi psikologi berkisar antara 44%-66% di tambah lagi ada sebagian penderita penyakit jiwa bertambah buruk kondisinya ketika di terapi dengan pendekatan psikologi. Dalam penelitian lain menjelaskan bahwa jumlah pasien penyakit jiwa dari mereka yang di pantau yang mereka tidak mendapat terapi psikologi menampakkan kondisi membaik sama dengan penderita yang di terapi secara psikologi. Demikian juga sebuah kajian yang lain menjelaskan bahwa rata-rata tingkat kesembuhan dari hasil terapi psikologi sampai sekarang tidak sampai pada tingkat yang mendorong untuk dapat di terima.

Yang penting kita tidak hanya melakukan terapi pasien penyakit jiwa setelah terjadi. Akan tetapi yang lebih penting dan utama adalah melakukan pencegahan dari penyakit itu. Minimal kita berupaya sekuat tenaga meminimalisir terjadinya penyakit itu. Akhir-akhir ini sebagian peneliti telah memulai menaruh perhatian mengenai cara pencegahan terhadap prilaku yang menyimpang. Mereka telah berupaya mengkaji masalah krisis yang muncul akibat dari interaksi antar manusia di dalam sebagian lingkungan yang berbeda-beda dengan tujuan menemukan solusi atas munculnya krisis ini dengan berupaya agar tidak muncul tanda-tanda prilaku menyimpang. Hanya saja upaya-upaya ini masih terbatas dalam ruang yang sempit sekali seperti keterlibatan polisi dalam masalah-masalah keluarga yang terjadi di sebgaian daerah dan di kota-kota besar di Amerika. Memang masalah pencegahan dari prilaku menyimpang menjadi tantangan besar bagi ahli-ahli ilmu jiwa dan sosial. Dan mereka masih megahadapi tantangan besar dalam masalah ini.

Banyaknya perbedaan antar sekolah dalam menangani sebuah problem dengan menggunakan berbagai pendekatan model pengobatan psikologi seperti perbedaan dalam memandang factor-faktor dasar yang menggerakkan prilaku, muncunya rasa cemas yang kemudian menyebabkan munculnya penyakit jiwa, menamabah kerumitan untuk dapat mencapai kesamaan pandangan mengenai teori yang utuh dalam memandang kebribadian. Sekolah hanya melihat manusia dari di mensi yang terbatas, ia tidak mampu memandang dengan cara pandang yang utuh dan menyeluruh. Sehingga menjadikan ketidak berdayaan dalam memahami manusia dengan pemahaman yang benar dan akurat.

Beruntung, dalam dasawarsa ini di temukan model baru oleh pakar-pakar ahli psikologi dan terapis psikologis. Mereka mengajak untuk memperhatikan pengaruh yang besar dari faktor sosial, budaya, dalam kebribadian seseorang, Jadi Naluriyah manusia sebagai makhluk sosial dan kebutuhanya untuk bernaung. Menguatkan akan pentingya hubungan antar manusia dalam menyamakan kebribadian.

Syeldon Cashdan berkata mengenai hal ini: "Model ini menbuktikan pentingnya nilai yang dapat menghubungkan antara manusia yang satu dengan yang lain". Dengan demikian dapat saya katakan bahwa adanya hubungan yang kuat antar manusia, saling bertukar pikiran, komitmen, dapat mengikis sifat ego, gangguan jiwa, sakit ingatan dll. Model ini juga melakukan pendekatan seperti rasa cinta. Tampaknya aliran ini akan mendorong pakar psikologi dan terapis psikologi membangun pandangan yang kemudian mengarah ke arah kepada nilai Spiritualitas. Atau paling tidak pandangan yang mendekat dengan pandangan agama dalam memandang naluriah manusia (fithrah).

Demikian juga muncul baru-baru ini aliran di antara pakar psikologis yang menyeru pentingnya agama dalam memberikan pengaruh kesehatan jiwa, dan penyembuhanya. Aliran ini memandang bahwa iman kepada Allah mempunyai kekuatan yang luar biasa. Memberikan bekal bagi seorang yang agamis kekuatan spiritual yang dapat membantu memikul beban dalam hidup, menjauhkan manusia dari sifat cemas seperti yang di derita kebanyakan manusia dalam masa sekarang ini. Mereka di kuasai gaya hidup yang penuh materialistik, persaingan sengit guna mendapatkan keuntungan materi, di saat spiritualitas di butuhkan. Akibat iniah muncul adanya tekanan dan kegelisaan manusia modern, menjadi cemas, dan mudah terkena penyakit jiwa.

Dianatara pakar psikologi modern yang mengajak adalah William James seorang filosof dan pakar psikologi Amerika. Ia mengatakan: "Terapi terhebat menghilangkan rasa cemas. Tak lain adalah rasa ke imanan". Ia menambahkan: "Iman adalah kekuatan yang harus di miliki untuk membantu seseorang dalam hidup, sehingga hilangnya rasa iman dapat mengancam seseorang menjadi tak berdaya dalam menghadapi penderitaan hidup". Ia menambahkan: "Sungguh ada ikatan antara kita dan Allah yang tidak terpisah. Jika kita tundukkan diri kita di bawah pengawasanya maka akan terwujud semua impian dan harapan kita". Berkata lagi: "Gelombang laut yang bergemuruh dan bergolak tidak akan menggoncang dasar laut dalam yang tenang. Demikian juga seseorang yang telah dalam keimananya kepada Allah, ketenanganya tidak bisa di goncang gelombang permukaan laut yang bersifat sementara". Seorang yang beragama pasti menghadang kecemasan. Selamanya terjaga dengan keseimbanganya. Selalu siap menghadapi perjalananan waktu dari hal-hal yang mungkin akan terjadi".

Carl G. Jung seorang analis psikologis mengatakan: "Sekitar tiga puluhan tahun yang lalu beberapa orang dari berbagai negara maju berkonsultasi kepada saya. Saya obati ratusan lebih dari pasien... Tapi tidak aku temukan satupun dari mereka yang sakit dalam paruh kedua dari usia mereka (usia di atas tiga puluh lima) pangkal penyakitnya kecuali kebutuhanya kepada agama dalam kehidupan". Jadi dapat saya katakan setiap satu dari mereka telah jatuh dalam korban penyakit. Karena mereka telah kehilangan Sesuatu yang di berikan oleh agama-agama yang ada dalam setiap masa kepada para pengikt-pengikutnya. Jadi penyembuhan total tidak akan bisa di lakukan kecuali setelah dapat megembalikan pandangan mereka terhadap agama dalam kehiudupan

A. A. Brill analis psikologi mengatakan: "Di pastikan seseorang yang agamis tidak akan menderita penyakit jiwa". Pakar psikologi Amerika Henry Link menyebutkan dalam bukunya "Kembali kepada ke imanan" Ia menemukan dari hasil pengalamanya yang panjang dalam menerapkan ujicoba kejiwaan kepada para pekerja dalam proses pengarahan dan memilih pekerjaan. Bahwa seorang yang agamis memiliki kebribadian yang lebih kuat dan baik di bandingkan orang yang tidak beragama atau di bandingkan orang yang tidak melakukan bentuk ritualitas ibadah apapun. Para pemikir baratpun menyebutkan dalam era modern ini ada krisis yang menimpa manusia modern yang pada dasarnya di sebabkan kebutuhan manusia kepada agama dan nilai-nilai spiritual. Seorang sejarawan A. Toynbee memberikan isyarat bahwa krisis yang di derita orang-orang Eropa dalam era modern sekarang ini pada dasarnya karena kehampaan nilai spiritual. Jadi satu-satunya cara mengobati derita ini adalah dengan kembali kepada agama .

Keimanan mempunyai pengaruh yang besar dalam jiwa manusia. Ia dapat menambah kepercayaan kepada dirinya. Menambah daya untuk bisa bersabar dan menanggung beban. Menebarkan keamanan dan ketenangan dalam jiwa. Membangkitkan perasaan lapang. Menyiram rasa bahagia.

Minggu, 03 Februari 2008

Percaya diri


Percaya diri
(Tangga Kesuksesan)

Dr. Awadh Muhammad Al-Qarny

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمن الرحيم

Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam. Sholawat dan salam senantiasa teruntai bagi Sayyidul anbiya’ dan rasul. Wa ba’du, pembaca yang budiman, assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Tidak dipungkiri lagi bahwa perjanjian telah dibuat Allah atas manusia supaya mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Mereka juga diperintahkan agar menjadikan hidup ini sebagai wahana untuk mengingat Allah, mengakui keesaan-Nya dan berpegang teguh kepada syari’at-Nya. Di antara kata-kata komitmen ini adalah memberikan nasehat kepada setiap muslim, bertolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, memberikan petunjuk kepada orang lain dan mengajarkan kebaikan kepadanya. Tugas para rasul tidak lain tidak bukan adalah hal-hal yang tersebut di atas.

Selama perjalanan hidup yang terbatas ini, saya tertarik pada problematika pelik dalam kehidupan mayoritas orang. Problematika itu adalah : “Terhambatnya banyak kemampuan, sumber daya dan potensi yang dianugerahkan Allah kepada manusia”, sehingga menyebabkan manusia menjadi lemah sebagaimana dilukiskan dalam Al-Qur’an kemanapun manusia pergi, ia tidak dapat mendatangkan kebaikan apapun.

Ataupun orang yang salah menggunakan kemampuan dan potensinya ini, sehingga berkurang efektifitas dan pengaruhnya dalam kehidupan, munculnya berbagai masalah dalam perjalanan hidupnya, berkurangnya produktifitas dan inputnya. Kreasinya dalam hidup hampir pupus. Iapun menjadi tawanan sebuah kerutinitasan bagi setiap input dan perkembangan yang ia berikan. Ia hanya berkutat pada masalah-masalah margin kehidupan dan tenggelam mengikuti arusnya. Jalan-jalan yang ia lalui menjadi bercabang dan berliku. Dirinya hanya terbawa pada masalah-masalah yang tidak urgen dan selalu sibuk dengan kerutinitasan yang membunuh.

Penyebabnya adalah ketidakmampuan dalam memanfaatkan segala nikmat yang dianugerahkan oleh Allah, atau tidak adanya acuan dalam menggunakan nikmat-nikmat itu secara maksimal. Apabila individu manusia tidak mampu melakukan seperti yang tersebut di atas maka umat ini akan berubah menjadi sekelompok orang yang lemah, sakit ataupun dalam keadaan yang lebih baik, berubah menjadi sekelompok orang yang hanya bisa mengekor, yang diperbudak oleh kehidupan mereka dan segala sumber dayanya terkuras tanpa dapat membuat suatu hal baru dalam kehidupan mereka bahkan usaha mereka tidak dapat memperbaiki kehidupan mereka. Umat ini kehilangan peranan, kepemimpinan dan tugasnya sebagai saksi yang telah dibebankan wahyu ilahi dan memperoleh estafet kepemimpinan untuk semua umat manusia di muka bumi, sehingga akhirnya manusia menjadikan pemimpin-pemimpin yang bodoh, tersesat lagi menyesatkan.

Inilah yang dialami oleh umat manusia saat ini, setelah berabad-abad lamanya seorang muslim berubah menjadi seorang manusia biasa yang tidak mampu maju berkembang dengan sendirinya bahkan memajukan orang lain di sekitarnya. Sehingga umat manusia hidup di pinggir jalan, yang hanya mampu menatap orang-orang berjalan tapi tidak ikut berjalan bersama mereka setelah sebelumnya umat islam memegang kendali kepemimpinan.

Maka saat itu yang siap memimpin umat manusia adalah Barat. Mereka merupakan umat yang buta terhadap tugas dan peranan manusia dalam hidup. Buta akan hakikat alam semesta ini dan hubungan yang terjalin antara alam semesta, awal mula kejadian, akhir dan tujuan keberadaan alam semesta ini.

Buta akan dunia ghaib beserta isinya. Mereka menjadi umat yang memimpin salah satu golongan manusia di atas penderitaan golongan yang lain dan memandangnya dengan sebelah mata sehingga ia menjadi umat yang tersesat lagi menyesatkan sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Muhammad, seorang nabi yang tidak pernah berucap menurut kemauan hawa nafsunya.

Dan nama yang paling jujur seperti yang dikatakan oleh Rasulullah adalah Harits dan Himam. Manusia itu memiliki kekuatan dan kehendak sebagai bekal untuk memakmurkan kehidupan, menegakkan keadilan dan persamaan di muka bumi sehingga ia menjadi orang yang berbahagia dan membahagiakan orang lain.

Jika manusia tidak mampu menggunakan kekuatan dan kehendaknya maka ia adalah orang yang lemah. Apabila tidak dapat mengambil faedah dari dua bekal itu maka ia adalah orang yang kafir terhadap nikmat Tuhannya dan tidak mensyukurinya. Jika ia lalai dalam menggunakannya maka ia adalah orang yang membuat kerusakan di muka bumi.

Apabila anda memperhatikan dengan seksama, niscaya anda akan mendapati mayoritas manusia mengeluh dan mengalami berbagai persoalan hidup. Dan seandainya mereka berpikir sejenak, niscaya mereka akan mendapati solusi dari diri mereka sendiri dan mendapatkan kunci jalan keluar yang tersimpan dalam diri mereka sendiri.

Pembaca yang budiman, berawal dari perenungan terhadap kehidupan dunia, berbaur dengan manusia lain, membantu mereka memecahkan masalah, menyikapi berbagai kendala hidup, membaca beberapa hal yang ditulis mengenai masalah-masalah tersebut dan mencatat beberapa penyimpangan yang terjadi dalam rentang waktu yang berbeda-beda, saya menuliskan kata-kata dengan harapan dapat membantu memecahkan problematika atau menyingkirkan batu rintangan dari jalan manusia atau menambah efektifitas, menggerakkan dan membangkitkan jiwa yang mati dan tidur.

Akhir kata, saya memohon kepada Allah Yang Maha Lemah Lembut lagi Maha Penyayang agar menjadikan kita senantiasa taat kepada-Nya, memberikan taufik kepada kita untuk mencari keridhaan-Nya dan menjadikan kita petunjuk bagi orang-orang yang memperoleh petunjuk. Allahlah tempat kita memohon pertolongan. Tidak ada kekuasaan dan kekuatan kecuali karena kehendak Allah.

Novel laris

Ayat-ayat Cinta Penulis : Habiburrahman El Shirazy"


Penulis novel ini berhasil menggambarkan latar (setting) sosial-budaya Timur Tengah dengan sangat hidup tanpa harus memakai istilah-istilah Arab. Bahasanya yang mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat, dan gambaran latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa benar-benar terjadi. Ini contoh novel karya penulis muda yang sangat bagus!"AHMADUN YOSI HERFANDASastrawan dan Redaktur Budaya Republika


"Jarang ada buku seperti ini. Saya tidak yakin akan ada novel serupa dari penulis muda Indonesia lainnya saat ini bahkan mungkin hingga beberapa puluh tahun ke depan. Begitu menyentuh. Begitu dalam. Dan begitu dewasa!"MOHAMMAD FAUZIL ADHIMPsikolog dan Penulis Buku-buku Best Seller "Jika Naguib Mahfuz menulis Mesir dari pandangan orang Mesir, maka Mesir kali ini ditulis dalam pandangan orang Indonesia. Novel ini ditulis oleh orang Indonesia yang paham betul seluk-beluk negeri itu, hingga ke detail-detail yang paling kecil. Ia hidup, berbaur dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari lalu menyerap spirit dan pengetahuan darinya, dan dituangkan dengan sepenuh hati dalam bentuk novel kaya. Ditulis dengan bahasa yang lancar, dengan tokoh-tokoh yang 'hidup' dan berkelebatan dalam berbagai karakter. Membaca novel ini seperti membuka cermin cakrawala yang terbuka..."JONI ARIADINATACerpenis, Redaktur Jurnal Cerpen Indonesia"Novel yang tidak klise dan tak terduga pada setiap babnya.


Ayat-ayat Cinta Penulis : Habiburrahman El Shirazy"


Penulis novel ini berhasil menggambarkan latar (setting) sosial-budaya Timur Tengah dengan sangat hidup tanpa harus memakai istilah-istilah Arab. Bahasanya yang mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat, dan gambaran latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa benar-benar terjadi. Ini contoh novel karya penulis muda yang sangat bagus!"AHMADUN YOSI HERFANDASastrawan dan Redaktur Budaya Republika


"Jarang ada buku seperti ini. Saya tidak yakin akan ada novel serupa dari penulis muda Indonesia lainnya saat ini bahkan mungkin hingga beberapa puluh tahun ke depan. Begitu menyentuh. Begitu dalam. Dan begitu dewasa!"MOHAMMAD FAUZIL ADHIMPsikolog dan Penulis Buku-buku Best Seller "Jika Naguib Mahfuz menulis Mesir dari pandangan orang Mesir, maka Mesir kali ini ditulis dalam pandangan orang Indonesia. Novel ini ditulis oleh orang Indonesia yang paham betul seluk-beluk negeri itu, hingga ke detail-detail yang paling kecil. Ia hidup, berbaur dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari lalu menyerap spirit dan pengetahuan darinya, dan dituangkan dengan sepenuh hati dalam bentuk novel kaya. Ditulis dengan bahasa yang lancar, dengan tokoh-tokoh yang 'hidup' dan berkelebatan dalam berbagai karakter. Membaca novel ini seperti membuka cermin cakrawala yang terbuka..."JONI ARIADINATACerpenis, Redaktur Jurnal Cerpen Indonesia"Novel yang tidak klise dan tak terduga pada setiap babnya.


Ayat-ayat Cinta Penulis : Habiburrahman El Shirazy"


Penulis novel ini berhasil menggambarkan latar (setting) sosial-budaya Timur Tengah dengan sangat hidup tanpa harus memakai istilah-istilah Arab. Bahasanya yang mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat, dan gambaran latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa benar-benar terjadi. Ini contoh novel karya penulis muda yang sangat bagus!"AHMADUN YOSI HERFANDASastrawan dan Redaktur Budaya Republika


"Jarang ada buku seperti ini. Saya tidak yakin akan ada novel serupa dari penulis muda Indonesia lainnya saat ini bahkan mungkin hingga beberapa puluh tahun ke depan. Begitu menyentuh. Begitu dalam. Dan begitu dewasa!"MOHAMMAD FAUZIL ADHIMPsikolog dan Penulis Buku-buku Best Seller "Jika Naguib Mahfuz menulis Mesir dari pandangan orang Mesir, maka Mesir kali ini ditulis dalam pandangan orang Indonesia. Novel ini ditulis oleh orang Indonesia yang paham betul seluk-beluk negeri itu, hingga ke detail-detail yang paling kecil. Ia hidup, berbaur dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari lalu menyerap spirit dan pengetahuan darinya, dan dituangkan dengan sepenuh hati dalam bentuk novel kaya. Ditulis dengan bahasa yang lancar, dengan tokoh-tokoh yang 'hidup' dan berkelebatan dalam berbagai karakter. Membaca novel ini seperti membuka cermin cakrawala yang terbuka..."JONI ARIADINATACerpenis, Redaktur Jurnal Cerpen Indonesia"Novel yang tidak klise dan tak terduga pada setiap babnya.