Minggu, 03 Februari 2008

Percaya diri


Percaya diri
(Tangga Kesuksesan)

Dr. Awadh Muhammad Al-Qarny

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمن الرحيم

Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam. Sholawat dan salam senantiasa teruntai bagi Sayyidul anbiya’ dan rasul. Wa ba’du, pembaca yang budiman, assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Tidak dipungkiri lagi bahwa perjanjian telah dibuat Allah atas manusia supaya mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Mereka juga diperintahkan agar menjadikan hidup ini sebagai wahana untuk mengingat Allah, mengakui keesaan-Nya dan berpegang teguh kepada syari’at-Nya. Di antara kata-kata komitmen ini adalah memberikan nasehat kepada setiap muslim, bertolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, memberikan petunjuk kepada orang lain dan mengajarkan kebaikan kepadanya. Tugas para rasul tidak lain tidak bukan adalah hal-hal yang tersebut di atas.

Selama perjalanan hidup yang terbatas ini, saya tertarik pada problematika pelik dalam kehidupan mayoritas orang. Problematika itu adalah : “Terhambatnya banyak kemampuan, sumber daya dan potensi yang dianugerahkan Allah kepada manusia”, sehingga menyebabkan manusia menjadi lemah sebagaimana dilukiskan dalam Al-Qur’an kemanapun manusia pergi, ia tidak dapat mendatangkan kebaikan apapun.

Ataupun orang yang salah menggunakan kemampuan dan potensinya ini, sehingga berkurang efektifitas dan pengaruhnya dalam kehidupan, munculnya berbagai masalah dalam perjalanan hidupnya, berkurangnya produktifitas dan inputnya. Kreasinya dalam hidup hampir pupus. Iapun menjadi tawanan sebuah kerutinitasan bagi setiap input dan perkembangan yang ia berikan. Ia hanya berkutat pada masalah-masalah margin kehidupan dan tenggelam mengikuti arusnya. Jalan-jalan yang ia lalui menjadi bercabang dan berliku. Dirinya hanya terbawa pada masalah-masalah yang tidak urgen dan selalu sibuk dengan kerutinitasan yang membunuh.

Penyebabnya adalah ketidakmampuan dalam memanfaatkan segala nikmat yang dianugerahkan oleh Allah, atau tidak adanya acuan dalam menggunakan nikmat-nikmat itu secara maksimal. Apabila individu manusia tidak mampu melakukan seperti yang tersebut di atas maka umat ini akan berubah menjadi sekelompok orang yang lemah, sakit ataupun dalam keadaan yang lebih baik, berubah menjadi sekelompok orang yang hanya bisa mengekor, yang diperbudak oleh kehidupan mereka dan segala sumber dayanya terkuras tanpa dapat membuat suatu hal baru dalam kehidupan mereka bahkan usaha mereka tidak dapat memperbaiki kehidupan mereka. Umat ini kehilangan peranan, kepemimpinan dan tugasnya sebagai saksi yang telah dibebankan wahyu ilahi dan memperoleh estafet kepemimpinan untuk semua umat manusia di muka bumi, sehingga akhirnya manusia menjadikan pemimpin-pemimpin yang bodoh, tersesat lagi menyesatkan.

Inilah yang dialami oleh umat manusia saat ini, setelah berabad-abad lamanya seorang muslim berubah menjadi seorang manusia biasa yang tidak mampu maju berkembang dengan sendirinya bahkan memajukan orang lain di sekitarnya. Sehingga umat manusia hidup di pinggir jalan, yang hanya mampu menatap orang-orang berjalan tapi tidak ikut berjalan bersama mereka setelah sebelumnya umat islam memegang kendali kepemimpinan.

Maka saat itu yang siap memimpin umat manusia adalah Barat. Mereka merupakan umat yang buta terhadap tugas dan peranan manusia dalam hidup. Buta akan hakikat alam semesta ini dan hubungan yang terjalin antara alam semesta, awal mula kejadian, akhir dan tujuan keberadaan alam semesta ini.

Buta akan dunia ghaib beserta isinya. Mereka menjadi umat yang memimpin salah satu golongan manusia di atas penderitaan golongan yang lain dan memandangnya dengan sebelah mata sehingga ia menjadi umat yang tersesat lagi menyesatkan sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Muhammad, seorang nabi yang tidak pernah berucap menurut kemauan hawa nafsunya.

Dan nama yang paling jujur seperti yang dikatakan oleh Rasulullah adalah Harits dan Himam. Manusia itu memiliki kekuatan dan kehendak sebagai bekal untuk memakmurkan kehidupan, menegakkan keadilan dan persamaan di muka bumi sehingga ia menjadi orang yang berbahagia dan membahagiakan orang lain.

Jika manusia tidak mampu menggunakan kekuatan dan kehendaknya maka ia adalah orang yang lemah. Apabila tidak dapat mengambil faedah dari dua bekal itu maka ia adalah orang yang kafir terhadap nikmat Tuhannya dan tidak mensyukurinya. Jika ia lalai dalam menggunakannya maka ia adalah orang yang membuat kerusakan di muka bumi.

Apabila anda memperhatikan dengan seksama, niscaya anda akan mendapati mayoritas manusia mengeluh dan mengalami berbagai persoalan hidup. Dan seandainya mereka berpikir sejenak, niscaya mereka akan mendapati solusi dari diri mereka sendiri dan mendapatkan kunci jalan keluar yang tersimpan dalam diri mereka sendiri.

Pembaca yang budiman, berawal dari perenungan terhadap kehidupan dunia, berbaur dengan manusia lain, membantu mereka memecahkan masalah, menyikapi berbagai kendala hidup, membaca beberapa hal yang ditulis mengenai masalah-masalah tersebut dan mencatat beberapa penyimpangan yang terjadi dalam rentang waktu yang berbeda-beda, saya menuliskan kata-kata dengan harapan dapat membantu memecahkan problematika atau menyingkirkan batu rintangan dari jalan manusia atau menambah efektifitas, menggerakkan dan membangkitkan jiwa yang mati dan tidur.

Akhir kata, saya memohon kepada Allah Yang Maha Lemah Lembut lagi Maha Penyayang agar menjadikan kita senantiasa taat kepada-Nya, memberikan taufik kepada kita untuk mencari keridhaan-Nya dan menjadikan kita petunjuk bagi orang-orang yang memperoleh petunjuk. Allahlah tempat kita memohon pertolongan. Tidak ada kekuasaan dan kekuatan kecuali karena kehendak Allah.

Tidak ada komentar: