Senin, 03 Maret 2008

Psikoterapi dalam Al-Qur'an

Psikoterapi dalam Alquran
Dr. Muhammad Utsman Najati

Al-Qur'an turun pada dasarnya adalah sebagai petunjuk bagi ummat manusia. Menyeru mereka bertauhid. Mengajarkan nilai, prilaku, dalam dimensi pemikiran dan kehidupan. Membimbing berprilaku yang lurus, benar untuk kebaikan manusia, dan masyarakat. Mengarahkan jalan yang benar dalam jiwa. Tumbuh menjadi manusia yang bahagia baik dalam kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Allah berfirman:

"Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar". (QS.17:9).

"Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman". (QS.10:57)

"Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian".(QS.17:82).

"….Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar….".(QS.41:44).

"Al Quran Ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini."(QS.45:20).

Tidak di ragukan. Al-Qur'an mempunyai pengaruh yang nyata dalam jiwa orang-orang Arab. Dimana ia telah merubah keribadian mereka secara menyeluruh. Merubah akhlak, prilaku dan cara hidup mereka. Membentuk pribadi yang memiliki prinsip, sifat, dan nilai kemanusiaan yang luhur. Membentuk mereka menjadi masyarakat yang bersatu, terorganisir, dan gotong royong. Hingga mereka mampu mengalahkan imperium romawi dan Persia. Dua Negara terbesar pada waktu itu. Mereka kemudian tersebar di sebagian besar penjuru dunia. Di sana mereka bergerak menyebarkan dakwah islam. Perubahan besar yang dilakukan Al-Qur'an dalam jiwa orang-orang Arab, dan juga segenap jiwa orang-orang mukmin lainya yang berasal dari berbagai bangsa di dunia yang belum pernah di kenal dalam sejarah dakwah agama-agama manapun yang pernah ada dalam perjalanan sejarah.

Tidak di ragukan. Al-Qur'an mempunyai kekuatan spiritual yang besar yang memiliki pengaruh sangat nyata dalam jiwa manusia. Ia dapat menggetarkan perasaanya. Menajamkan intuitif dan perasaan. Membentengi ruhnya. Menguatkan pemahaman dan pemikiran. Memperjelas kepandaian. Jadi manusia yang telah mendapat pengaruh Al-Quran akan menjadi manusia baru. Manusia yang baru terlahir.

Semua orang yang membaca sejarah islam. Mengikuti perjalanan dakwah islam sejak awal muculnya. Akan melihat bagaimana terjadinya perubahan jati diri seseorang yang telah mempelajari islam dari madrasah Rasulullah saw. Mereka akan mampu mengetahui secara jelas sejauh mana pengaruh yang di berikan Al-Qur'an dan dakwah islam dalam jiwa mereka.

Meskipun tidak sedikit upaya yang dilakukan oleh masyarakat modern dalam bidang pendidikan dan pengajaran, untuk mengarahkan, dan mendidik, kepada generasi didik agar mereka menjadi masyarakat yang shaleh. Akan tetapi semua upaya ini tidak memberikan hasil yang bisa di harapkan dalam membentuk generasi yang shaleh. Tersebarnya kriminalitas dan penyimpangan dalam semua masyarakat adalah bukti yang jelas atas kegagalan berbagai model pendidikan modern serta lemahnya dalam membentuk masyarakat yang shaleh.

Akhir-akhir ini saya telah berupaya keras dalam menekuni bidang psikoterapi kejiwaan bagi seseorang yang mengalami goncangan akan kebribadian dan penyakit jiwa. Dari bidang ini di temukan berbagai cara pengobatan kejiwaan yang berbeda-beda. Hanya saja semua cara itu belum dapat mewujudkan target yang di harapkan dapat menangani atau mencegah penyakit jiwa.

Sebagian penelitian menjelaskan bahwa rata-rata tingkat kesembuhan penderita penyakit jiwa yang di terapi dengan analisis psikologi hanya berkisar antara 60%-64% tentu tingkat itu belum bisa di terima apabila kita ambil perbandingan dengan tingkat rata-rata bagi pasien penyakit jiwa yang di sembuhkan tanpa menggunakan terapi psikologi berkisar antara 44%-66% di tambah lagi ada sebagian penderita penyakit jiwa bertambah buruk kondisinya ketika di terapi dengan pendekatan psikologi. Dalam penelitian lain menjelaskan bahwa jumlah pasien penyakit jiwa dari mereka yang di pantau yang mereka tidak mendapat terapi psikologi menampakkan kondisi membaik sama dengan penderita yang di terapi secara psikologi. Demikian juga sebuah kajian yang lain menjelaskan bahwa rata-rata tingkat kesembuhan dari hasil terapi psikologi sampai sekarang tidak sampai pada tingkat yang mendorong untuk dapat di terima.

Yang penting kita tidak hanya melakukan terapi pasien penyakit jiwa setelah terjadi. Akan tetapi yang lebih penting dan utama adalah melakukan pencegahan dari penyakit itu. Minimal kita berupaya sekuat tenaga meminimalisir terjadinya penyakit itu. Akhir-akhir ini sebagian peneliti telah memulai menaruh perhatian mengenai cara pencegahan terhadap prilaku yang menyimpang. Mereka telah berupaya mengkaji masalah krisis yang muncul akibat dari interaksi antar manusia di dalam sebagian lingkungan yang berbeda-beda dengan tujuan menemukan solusi atas munculnya krisis ini dengan berupaya agar tidak muncul tanda-tanda prilaku menyimpang. Hanya saja upaya-upaya ini masih terbatas dalam ruang yang sempit sekali seperti keterlibatan polisi dalam masalah-masalah keluarga yang terjadi di sebgaian daerah dan di kota-kota besar di Amerika. Memang masalah pencegahan dari prilaku menyimpang menjadi tantangan besar bagi ahli-ahli ilmu jiwa dan sosial. Dan mereka masih megahadapi tantangan besar dalam masalah ini.

Banyaknya perbedaan antar sekolah dalam menangani sebuah problem dengan menggunakan berbagai pendekatan model pengobatan psikologi seperti perbedaan dalam memandang factor-faktor dasar yang menggerakkan prilaku, muncunya rasa cemas yang kemudian menyebabkan munculnya penyakit jiwa, menamabah kerumitan untuk dapat mencapai kesamaan pandangan mengenai teori yang utuh dalam memandang kebribadian. Sekolah hanya melihat manusia dari di mensi yang terbatas, ia tidak mampu memandang dengan cara pandang yang utuh dan menyeluruh. Sehingga menjadikan ketidak berdayaan dalam memahami manusia dengan pemahaman yang benar dan akurat.

Beruntung, dalam dasawarsa ini di temukan model baru oleh pakar-pakar ahli psikologi dan terapis psikologis. Mereka mengajak untuk memperhatikan pengaruh yang besar dari faktor sosial, budaya, dalam kebribadian seseorang, Jadi Naluriyah manusia sebagai makhluk sosial dan kebutuhanya untuk bernaung. Menguatkan akan pentingya hubungan antar manusia dalam menyamakan kebribadian.

Syeldon Cashdan berkata mengenai hal ini: "Model ini menbuktikan pentingnya nilai yang dapat menghubungkan antara manusia yang satu dengan yang lain". Dengan demikian dapat saya katakan bahwa adanya hubungan yang kuat antar manusia, saling bertukar pikiran, komitmen, dapat mengikis sifat ego, gangguan jiwa, sakit ingatan dll. Model ini juga melakukan pendekatan seperti rasa cinta. Tampaknya aliran ini akan mendorong pakar psikologi dan terapis psikologi membangun pandangan yang kemudian mengarah ke arah kepada nilai Spiritualitas. Atau paling tidak pandangan yang mendekat dengan pandangan agama dalam memandang naluriah manusia (fithrah).

Demikian juga muncul baru-baru ini aliran di antara pakar psikologis yang menyeru pentingnya agama dalam memberikan pengaruh kesehatan jiwa, dan penyembuhanya. Aliran ini memandang bahwa iman kepada Allah mempunyai kekuatan yang luar biasa. Memberikan bekal bagi seorang yang agamis kekuatan spiritual yang dapat membantu memikul beban dalam hidup, menjauhkan manusia dari sifat cemas seperti yang di derita kebanyakan manusia dalam masa sekarang ini. Mereka di kuasai gaya hidup yang penuh materialistik, persaingan sengit guna mendapatkan keuntungan materi, di saat spiritualitas di butuhkan. Akibat iniah muncul adanya tekanan dan kegelisaan manusia modern, menjadi cemas, dan mudah terkena penyakit jiwa.

Dianatara pakar psikologi modern yang mengajak adalah William James seorang filosof dan pakar psikologi Amerika. Ia mengatakan: "Terapi terhebat menghilangkan rasa cemas. Tak lain adalah rasa ke imanan". Ia menambahkan: "Iman adalah kekuatan yang harus di miliki untuk membantu seseorang dalam hidup, sehingga hilangnya rasa iman dapat mengancam seseorang menjadi tak berdaya dalam menghadapi penderitaan hidup". Ia menambahkan: "Sungguh ada ikatan antara kita dan Allah yang tidak terpisah. Jika kita tundukkan diri kita di bawah pengawasanya maka akan terwujud semua impian dan harapan kita". Berkata lagi: "Gelombang laut yang bergemuruh dan bergolak tidak akan menggoncang dasar laut dalam yang tenang. Demikian juga seseorang yang telah dalam keimananya kepada Allah, ketenanganya tidak bisa di goncang gelombang permukaan laut yang bersifat sementara". Seorang yang beragama pasti menghadang kecemasan. Selamanya terjaga dengan keseimbanganya. Selalu siap menghadapi perjalananan waktu dari hal-hal yang mungkin akan terjadi".

Carl G. Jung seorang analis psikologis mengatakan: "Sekitar tiga puluhan tahun yang lalu beberapa orang dari berbagai negara maju berkonsultasi kepada saya. Saya obati ratusan lebih dari pasien... Tapi tidak aku temukan satupun dari mereka yang sakit dalam paruh kedua dari usia mereka (usia di atas tiga puluh lima) pangkal penyakitnya kecuali kebutuhanya kepada agama dalam kehidupan". Jadi dapat saya katakan setiap satu dari mereka telah jatuh dalam korban penyakit. Karena mereka telah kehilangan Sesuatu yang di berikan oleh agama-agama yang ada dalam setiap masa kepada para pengikt-pengikutnya. Jadi penyembuhan total tidak akan bisa di lakukan kecuali setelah dapat megembalikan pandangan mereka terhadap agama dalam kehiudupan

A. A. Brill analis psikologi mengatakan: "Di pastikan seseorang yang agamis tidak akan menderita penyakit jiwa". Pakar psikologi Amerika Henry Link menyebutkan dalam bukunya "Kembali kepada ke imanan" Ia menemukan dari hasil pengalamanya yang panjang dalam menerapkan ujicoba kejiwaan kepada para pekerja dalam proses pengarahan dan memilih pekerjaan. Bahwa seorang yang agamis memiliki kebribadian yang lebih kuat dan baik di bandingkan orang yang tidak beragama atau di bandingkan orang yang tidak melakukan bentuk ritualitas ibadah apapun. Para pemikir baratpun menyebutkan dalam era modern ini ada krisis yang menimpa manusia modern yang pada dasarnya di sebabkan kebutuhan manusia kepada agama dan nilai-nilai spiritual. Seorang sejarawan A. Toynbee memberikan isyarat bahwa krisis yang di derita orang-orang Eropa dalam era modern sekarang ini pada dasarnya karena kehampaan nilai spiritual. Jadi satu-satunya cara mengobati derita ini adalah dengan kembali kepada agama .

Keimanan mempunyai pengaruh yang besar dalam jiwa manusia. Ia dapat menambah kepercayaan kepada dirinya. Menambah daya untuk bisa bersabar dan menanggung beban. Menebarkan keamanan dan ketenangan dalam jiwa. Membangkitkan perasaan lapang. Menyiram rasa bahagia.

Tidak ada komentar: